Jumat

gara gara lo gwe jd sedih

Fuuh…hembusan karbondioksida keluar dari mulut dan hidungku. Pikiranku kacau, melanglang buana entah kemana. Hari ini aku tak lagi melihat dirimu, senyummu, celotehanmu, candamu, dan guraumu. Sepi…

Diluar cerah, mentari berpijar garang, namun kurasa mendung dan hujan menyelimutiku. Malas menggelayutiku. Aku masih tergolek di tempat tidurku, kipas angin mendera-dera mengusir udara panas disekitarku. Lamunan membawaku jalan-jalan ke alamnya. Satu persatu frame itu terpampang bagaikan slide show presentasi. Kenangan itu indah, sangat indah. Saat-saat pertama bertemu denganmu diri ini sempat ragu untuk menyapamu dan sekedar berkenalan denganmu, namun dapat kurenggut ragu itu dan kupenjarakan di balik tembok-tembok besi yang kokoh. Kupaksakan mulut ini bicara sepatah dua patah tuk sekedar melihat reaksimu. Positif aktif, kau ternyata berbeda dari apa yang kukira sebelumnya. Mulanya kau tampak bagaikan seorang yang sombong, ketus, judes, dan lain sebagainya. Setelahnya kau tampak bagaikan seorang yang supel, baik hati, apa adanya, murah senyum, ramah, dan lain sebagainya. Hati ini begitu senang bisa kenal dan mengobrol denganmu. Ku tak ingin hari itu berakhir, kutarik tangan sang waktu sembari menunjukkan wajah memelasku, berharap ia berhenti, namun ia menepisku, tak hiraukanku, tak sudi langkahnya terusik.

Esoknya dan esoknya lagi, selalu kunantikan dirimu, yang cantikmu menjadi penyemangat dan pencerah hatiku, yang senyummu menumbuhsuburkan bunga-bunga indah dalam relung-relung jiwaku, yang manismu membuatku tak gentar hadapi apapun. Kau tak sama dengan wanita yang pernah kukenal selama ini, kau begitu unik, begitu spesial. Jujur, hati ini senang dan bahagia saat ada didekatmu, apalagi melihat senyummu dan mendengarkan celotehanmu. Aku sayang padamu, berharap kau selalu ada disampingku, walaupun kutahu itu tak mungkin terjadi. Ku hanyalah pungguk dan kau bulannya. Aku hanya bisa merindukanmu, takkan mampu memilikimu. Tapi kuingin selalu melindungimu, menyertaimu, dan menjadi perisaimu, tuk dengarkan keluh kesahmu dan singkirkan mereka yang berpikiran kotor dan bernafsu setan dari dirimu, kuingin menjaga kesucianmu karena kesucianmu hanya untuk ia yang benar-benar berhak, ia yang benar-benar kau cintai dan mencintaimu, ia yang takkan menyia-nyiakanmu, ia yang takkan munafik padamu, ia yang takkan sedikitpun menyakitimu.

Tak berlebihan bila kuumpamakan kau bagai seorang bidadari. Beribu lelaki ingin memilikimu yang membuat iri dan cemburu beribu bidadari lainnya sebab kau begitu sempurna.

Kemarin hari terakhir kubertemu dirimu, banyak yang ingin kukatakan padamu, namun ragu itu berhasil membobol dan merobohkan tembok-tembok besi yang kubangun, ia melarikan diri dan serta merta menginvasi keberanianku, membekapnya erat hingga ia lemas tak berdaya. Aku hanya bisa mengucapkan kata-kata bisu. Miris hatiku, hancur perasaanku saat melihatmu terakhir kali itu. Wajahku tetap cerah dan tenang, namun hatiku hujan deras dan berbadai, hatiku menangis tersedu.

Dan sekarang bukan hanya hatiku yang menangis tersedu, bahkan kedua indera penglihatanku menitikkan air mata kesedihan. Kumerasa bagai kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Ya, ku kehilangan dirimu.

Entah bagaimana denganmu, aku tak tahu…

Apakah kau menangis, ataukah bahagia karena tak melihatku lagi?

Aku peduli, namun kupaksakan untuk tak peduli…

Ku tak mau jadi pengganjal dihatimu. Ku tak mau membuatmu sedih apalagi menangis…

Aku tak keberatan bila kau melupakanku…

Karena kuyakin kau pasti menemukan ia yang lebih baik dan lebih sempurna dari diriku yang hanya pungguk ini…

0 komentar: